Selasa, 02 Februari 2016

MAKAM MBAH PUSPOYUDO SINGOPADON KOTA KUDUS



Di Desa Singocandi terdapat dusun yang namanya menggetarkan jiwa n hati, yakni "SINGOPADON" (SINGA BICARA). Di dalam dusun Singopadon ini terdapat makam "MBAH PUSPOYUDO SINGOPADON", menurut Mbah Sya'roni beliau ini adalah "PRUKUL-nya MBAH SUNAN KUDUS" (Juru Gebok-nya/ Algojo). Pintu masuk menuju makam beliau terdapat 2 batu besar sebelah kanan kiri pintu, konon ceritanya 2 batu ini adalah perwujudan DUA SINGA (Singo putih dan Singo kuning).

Ada sebuah cerita: Ada seorang warga Desa Krandon Kudus yang setiap harinya hadlroh kepada Mbah Puspoyudo Singopadon, dalam suatu malam rumah warga Krandon ini akan di malingi orang. Tetapi apa yang terjadi ??? Maling itu lari terbirit-birit karena merasa di depan rumah ini dijaga “SINGA”. Masya Allah …. Akhirnya maling itu tidak jadi mengambil barang-barang di rumah itu. Informasi dari warga, banyak keturunan Mbah Puspoyudo Singopadon yang masih hidup sampai sekarang yang berada di sekitar makam beliau ini, bahkan yang ada di luar desa Singopadon Singocandi Kudus dan luar kota.

Banyak warga sekitar bercerita, bahwa Mbah Puspoyudo Singopadon itu “GALAK”. Ada beberapa cerita dari warga Singopadon tentang hal itu (1) Ada orang menebang pohon pring yang berada di atas makam beliau ini, tanpa minta ijin/ washilah dulu. Wal hasil “Orang yang menebang pohon pring ini beberapa hari kemudian meninggal dunia; (2) Baru saja terjadi di tahun 2015. Di sebelah utara makam beliau ini pohon besar yang di tebang. Ada seorang laki-laki yang mengambil kayu sedikit untuk di jadikan “AKIK”, Tetapi salahnya, orang laki-laki ini mengambil kayu itu tanpa minta ijin/ washilah dulu. Akhirnya “Orang yang yang mengambil kayu itu minggu depannya juga meninggal dunia; (3) Seorang sedang ziarah ke makam beliau, ketika pulang sambil membawa batu yang berada di atas makam tanpa “nembung/ izin” dulu. Malam hari harinya ada suata tanpa rupa “Tolong kembalikan batu tadi”. Setelah kejadian itu, keesokan harinya batu itu dikembalikan/ diserahkan kepada juru juru kuncinya. Pesan dari Tokoh masyarakat ataupun warga Singopadon adalah “HATI-HATI JIKALAU BERADA DI MAKAM MBAH PUSPOYUDO SINGOPADON DAN SEKITAR KOMPLEK MAKAM”. Makam Mbah Puspoyudo Singopadaon ini sering di ziarahi warga sekitar desa Singopadon, bahkan banyak dari luar kota (yang sering terjadi para peziarah luar kota biasanya pas malam hari (di atas pukul 22.00 WIB).

Ada versi lain menurut seorang ulama’ di Kudus:
Bahwa  Mbah Puspoyudo Singopadon adalah keturunan dari Mbah Sunan Kudus (Sayyid Ja’far Shodiq) dari jalur putra yang bernama “Panembahan Palembang”. Salah satu putra Mbah Puspoyudo Singopadon yang menjadi ulama’ di Kudus (yang merupakan Cikal Bakal Desa Damaran Kota Kudus) adalah “MBAH DIPOKUSUMO” atau Sayyid Abdur Rahman bin Utsman.



**** ADA VERSI LAIN JUGA, CERITA TENTANG SEJARAH MBAH PUSPOYUDO SINGOPADON ****



Alkisah pada jaman dulu ( penjajahan Belanda ) ± pada tahun 1660 di kota Kudus di perintah oleh seorang Bupati dari kerajaan Belanda. Pada waktu itu gunung Muria dan sekitarnya dilanda kerusahan yang menghebat. Perampokan, pembunuhan, peperangan-peperangan yang tak henti-hentinya, sehingga meresahkan penduduk. Karena hasil rampokan mereka makin lama makin menipis, maka tak ayal lagi jika kerusuhan menjalar ke kota Kudus. Akibatnya tentara kerajaan Belanda pun turun tangan dalam segi keamanannya. Namun karena para perusuh rupanya lebih lihai, lebih pemberani, disamping dibekali ilmu bela diri dan ilmu kesaktian yang tinggi dan tangguh dari pada tentara kerajaan Belanda, akhirnya penduduk tetap saja merasa resah dan dalam keraguan, sehingga tentara keamanan Belanda lumpuh total. Konon perusuh tersebut dikepalai oleh seorang jagoan/warok yang bernama Surowage. Dia kebal peluru maupun senjata tajam lainnya dan memiliki kesaktian yang tangguh. Kota Kudus tetap dilanda kerusuhan yang menghebat.

Pada suatu saat Bupati memanggil seorang prajurit kabupaten untuk menghadap. Prajurit itu bernama Sowijoyo (dalam sejarah cerita ini dia terkenal di panggil Pentul atau lengkapnya Sowijoyo Pentul), beliau ini sebagai prajurit sekaligus sebagai pendamping/penasehat bupati. Bupati berkata: “Pentul… kamu tahu bahwa kota Kudus dewasa ini dilanda kerusuhan, sehingga kepercayaan rakyat terhadap kewibawaan kita semakin luntur, bagaimana pendapatmu?”. Sowijoyo diam sejenak seraya menjawab: “ndoro tuan hamba mohon waktu 2 hari untuk berpikir”. “Baiklah” kata Bupati, “dan kuminta segera pertimbanganmu”. “Baik ndoro tuan”. Kemudian Sowijoyo bersemedi di rumahnya selama 2 hari, lalu menghadap lagi kepada Bupati. Kali ini Sowijoyo memberi jawaban yang positip, “ndoro tuan demi kewibawaan ndoro dan demi keamanan kota Kudus, kami sanggup dan akan berusaha demi rakyat untuk segera menumpas kerusuhan yang dipimpin oleh Surowage”. Bupati berkata: “Sowijoyo, jika ini benar–benar keputusanmu, saya merasa lega dan terima kasih atas keberanianmu dan saya berjanji kepadamu, jika engkau berhasil menangkap Surawage dan kawan–kawan hidup atau mati disertai bukti, maka kuhadiahkan kepadamu separo dari kota Kudus (seluas sigar semangka)”. “Sendiko gusti, namun hamba mohon waktu 40 hari untuk bertapa dulu”.

Syahdan, Sowijoyo menjalani tapa pendem ditanam di dalam tanah selam 40 hari, hanya kepala saja yang kelihatan dan hanya minum air putih. Selama menjalani tapa, mulai matahari terbit sampai terbenam selalu dipandangnya matahari, sehingga mata menjadi merah darah. Setelah 40 hari berakhir, lalu Sowijoyo bangun dari bertapa pendem dengan wajah lunglai, pucat pasi namun berwibawa. Setelah beberapa hari kekuatan pulih kembali, maka beliau menghadap kepada Bupati lagi, lalu berkata: “ndoro tuan, hamba siap dan mohon restu untuk berangkat menumpas perusuh”. Dengan diantar beberapa orang prajurit pengawal, Sowijoyo berangkat ke kaki gunung Muria tempat sarang Surowage. Terjadilah peperangan yang dahsyat antara Sowijoyo dan Surowage mereka beradu kesaktian, namun ini semua tak berarti bagi Sowijoyo. Dengan bekal kesaktiannya yang tangguh, Surowage dan kawan kawan tertangkap hidup-hidup dan dibawalah Surowage dan kawan-kawan menghadap Bupati di Kudus, akhirnya di hukum mati. Begitulah kota Kudus kembali menjadi aman dan damai.

Dengan berhasilnya pemulihan keamanan oleh Sowijoyo, maka berlangsunglah pesta upacara penyerahan hadiah yang telah dijanjikan oleh Bupati kepada Sowijoyo, yaitu separo dari kota Kudus, mulai dari batas kali Gelis ke barat, yang sampai saat ini dinamakan Kudus Kulon, sedangkan yang sebelah timur kali Gelis tetap di bawah kerajaan Belanda yang sampai kini dinamakan Kudus Wetan. Dan sebagai tanda penghormatan, Sowijoyo dinaikkan pangkatnya dari prajurit menjadi Adipati dengan gelar Pangeran dan bertahta di kampung Candi, Kudus Kulon dengan nama Pangeran Singopadon. Sampai hayatnya beliau disemayamkan di desa Candi (Singo Candi )

Demikianlah sekilas sejarah dari pokok asal-usul nama Pangeran Singopadon yang kami sadap dan kemudian kami susun dari nara sumber dari almarhumah Ibunda (1) Sukarmi Sumodihardjo putra keempat dari R Sutowijidjojo yang di desa Ngantenan/Barongan, meninggal pada tahun 1960 di Kudus. (2) Bude Siti Aminah Kartodirono putera pertama dari R Sutowidjojo yang bersemayam di desa Bareng Hadipolo, meninggal tahun 1957 di Bareng, yang di terima dari almarhum Mbah Sumodihardjo Klaling yang dibicarakan dengan Bude Aminah Kartodirono yang masih berjumpa belasan tahun yang telah lampau.
Tertanggal : Surakarta ,21 April 1987. Penyusun Darmoyono.
Catatan:
  1. Makam P Singopadon terdapat dikampung /desa Candi Kudus Kulon dan sampai kini masih terawat baik.
  2. Sejarah ringkas ini kami susun hanya sekedar untuk di Ketahui oleh para putra wayah dari nenek moyang kita dan di pakai untuk landasan jalinan ikatan keluarga Kudus agar tidak putus silaturahmi keluarga kita. Amin.

 
 
 
 
 
 
 
 

 
 


*=>Rute menuju maqom MBAH PUSPOYUDO SINGOPADON:
MA/ SMK Banak ke timur lurus, sampai ada perempatan masih lurus kira-kira 200 meter ada gang kecil batako ambil kiri/ ke utara (sebelum pertigaan), lurus 20 meter, disitulah makam beliau " MBAH PUSPOYUDO SINGOPADON ". Tepatnya di belakang Masjid Baitu Muqoddas Singopadon Singocandi Kudus.

*^Monggo engkang badhe ziarah beliau, dengan niat "TAQORRUB ILALLAH". Moga saja kegiatan ZIAMA" ini bisa menjadi kegiatan rutin bersama keluarga dan teman (Mifrohul Hana Chamami ). Mohon selalu bimbingan, arahan, nasehat dan motivasinya dari sang guru.

6 komentar:

  1. Alhamdulillah berkat baca artikel ini jd semakin mengenal mbah singopadon 😊

    BalasHapus
  2. Bismillah... Ingat sejarah biar tahu arah. .Salam sedulur kudus.. 🙏🙏

    BalasHapus
  3. Saya cicit dari mbah sumodihardjo dan mbah soekarmi dari anaknya yang bernama SARUSMAN (eyang saya) dari anaknya yang bernama SOEROSO (bapak saya) saya masih mencari urutan Nasab yang sesungguhnya...

    Semoga ada yang menyambungkan....

    BalasHapus
    Balasan
    1. sami gus, kulo nggih nembe goleki nasab.e kulo

      Hapus
  4. saya cicit mbah siti Aminah hadipolo

    BalasHapus